Memoar Perintis Al Maprah

Madrasah Aliyah adalah sebuah jenjang Pendidikan yang setingkat dengan sekolah menengah atas atau kejuruan yang dibawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Pada dasarnya mata pelajaran di madrasah aliyah sama dengan SMA, hanya saja di madrasah Aliyah mendapat porsi yang lebih banyak mengenai Pendidikan agama Islam. Berikut mata pelajaran yang diajarkan di madrasah Aliyah selain pelajaran umum yaitu Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih, Al-Qur’an dan Hadits serta Bahasa Arab.
Al Maprah merupakan nama Lembaga Pendidikan madrasah Aliyah di Paitana. Al Maprah adalah sebuah kata singkatan yang diambil dari gabungan dua nama Pendiri Lembaga Pendidikan jenjang menengah ini yaitu Map kepanjangannya adalah Drs. H. Mapparanrang, sedangkan rah adalah nama istrI beliau yaitu Siti Rachmah Daeng Bebo. Jadi Maprah itu Mapparanrang Rachma.
Drs. H. Mapparanrang seorang tokoh pendakwah sekaligus tokoh Pendidikan pada masanya, khususnya wilayah kecamatan Turatea, Kelara dan Binamu. Semasa hidupnya, beliau membaktikan diri untuk negeri ini dengan cara berdakwah ke masjid-masjid pelosok disekitaran wilayah kecamatan turatea dan kelara, juga beliau banyak membina masyarakat dalam hal syiar Islam.
Dalam dunia Pendidikan beliau banyak terlibat seperti dalam pembangunan dan pembukaan madrasah, baik itu di wilayah kecamatan Turatea, Kelara maupun Binamu.
Pada tahun 1965 beliau pernah mengajar di Balangloe Kecamatan Batang kemudian di Panggil ke Paitana oleh Almarhum HM. Nur Karaeng Ranca (Kr. Cambang) untuk merancang sebuah pembangunan Gedung PGA (Pendidikan Guru Agama) Paitana (sekarang MTs. Paitana).
Maka berdirilah Lembaga Pendidikan PGA Paitana pada tahun 1966 yang dikepalai oleh Mapparanrang sampai tahun 1980 an.
Kemudian ditahun 1980 itu, beliau lalu dipindah tugaskan ke MTs Kelara (sekarang MTsN 2 Jeneponto) sebagai Kepala Madrasah, pada saat itu MTs Kelara belajarnya berpindahpindah tempat mulai dari kolom rumah warga yang satu ke kolom rumah warga yang lain hingga ke gedung satu ke gedung yang lain karena masih berstatus menumpang kala itu.
Pada akhirnya, suatu ketika mendapat sebuah tawaran gedung dari sebuah perusahaan rokok yang sementara beroperasi di kecamatan kelara, maka hal itu beliau tidak menyianyiakan kesempatan itu untuk menyetujui tawaran itu. Maka atas persetujuan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti Hakim Kr. Situju selaku perwakilan warga kelara dan Kr. Rola selaku kepala Desa Tolo saat itu, akhirnya MTs. Kelara pun memiliki gedung kelas sendiri (Ruang Guru MTsN 2 Jeneponto saat ini) untuk ditempati belajar sehingga tidak berpindah-pindah lagi.
Kemudian dari MTs Kelara, beliau mendapat mutasi ke MAN Filial Binamu (MAN Jeneponto sekarang), disana beliau sebagai Staf Pengajar sekaligus menjabat Ketua Komite. Setelah melewati beberapa purnama, aktivitas harian beliau di madrasah ada yang kurang pas dengan suasana pagar sekolah yang berupa bambu dan kawat, maka beliapun mencoba merancang pembangunan pagar sekolah dengan menggunakan pagar tembok maka alhasil karya itu masih berdiri dan terpakai dengan kokoh hingga saat ini.
Kemudian ditahun 1990, beliau pindah lagi dari MAN Binamu pindah ke MTs. Paitana atas ajakan Kr. Cambang untuk kembali membina MTs. Paitana sampai beliau pensiun di tahun 2001.
Januari 2014, Ustadz Drs. H. Mapparanrang kembali melakukan sebuah karya besar yang menjadi aset dunia akhirat, sebuah lembaga yang sudah lama diniatkan, dirancang, didesain, dan dipikirkan oleh beliau, akhirnya dengan modal keyakinan berharap kebesaran, beliau pun berhasil mendirikan lembaga pendidikan dengan berbekal biaya tabungan uang pensiunan dan hasil pertanian maka diukirlah sejarah itu diatas sebidang tanah kecil dengan niat karena Allah SWT. maka lahirlah lembaga itu dengan nama Madrasah Aliyah Al Maprah Paitana.
Sosok lelaki tua dengan gaya khas sarungan yang penuh dengan kesederhanaan dalam menjalani hidup, penuh nasehat ketika bertutur dan penuh adab ketika berpakaian. Kurang lebih 9 bulan setelah berdirinya Al Maprah Paitana, tepatnya 10 September 2014 sosok lelaki kecil nan hebat itu pun akhirnya tutup usia. Sebuah karya yang belum beliau lihat kemajuan dan perkembangannya, tapi apalah daya beliau hanya memulai, anak dan cucunyalah yang akan merintis niat yang sangat mulia itu.
Saya (Amirullah Al-Paitani) bersaksi bahwa beliau adalah orang baik dan sholeh.
Orang sholeh yang kesholehannya tidak boleh ikut dimakamkan
Tapi kesholehannya harus dilanjutkan.
Beliau adalah orang baik yang kebaikannya tidak boleh ikut dikuburkan
Tapi kebaikannya harus dilanjutkan.
Kalau seorang muhajid dimakamkan, maka jihad harus dilanjutkan.
Saya dengan semua yang saya lakukan hari ini, jika ada yang baik maka itu hanyalah salah satu kebaikan yang beliau miliki.
Saya hanya salah satu setitik kebaikan yang beliau teteskan pada diri saya.
Bicara pengalaman, saya adalah murid beliau (2006-2009 di MTs. Paitana) Seluruh ummat (turatea) kehilangan beliau, kita semua sepakat bahwa kita pernah belajar kepada beliau atau mendengar nasehat beliau pada saat ceramah dan tentu banyak sekali yang tidak bisa kita sebutkan.
Suatu hari beliau dengan kerendahan hatinya, mengajar dikelas saya. Kemudian banyak sekali yang beliau pesankan
Suatu hari beliau dengan kerendahan hatinya, mengajar dikelas saya. Kemudian banyak
sekali yang beliau pesankan. Salah satunya adalah kesederhanaan. Dan itulah yang saya
lihat dari beliau.
Buat saya, pesan itu sangat mahal. Apalagi saat ini posisi saya sebagai bagian dari batu bata peradaban itu tentang membangun sebuah generasi, dan itulah yang beliau lakukan sepanjang hidupnya. Dan itu bisa dilakukan jika kesederhanaan adalah ruhnya.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menerima seluruh amal beliau, Allah ampuni beliau dan
Allah kumpulkan bersama syuhada, shalihin, para anbiya, wal Mursalin. Aamiin.
KESEDERHANAAN MERUPAKAN RUH PENDIDIKAN
Penulis : Amirullah Al-Paitani
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
Kembali ke Atas